Minggu, 01 Maret 2009

she called herself a friend

she called herself a friend
to call when happy and sad
to have her shoulder to cry on
to laugh with in happy times

she called herself a friend
when we used to be together
and a little time after

when i called she used to answer
when i mailed she used to reply
but not anymore
when she made herself a bunch of new friends

when i called, no answer
when i mailed, no reply

i thought she was a friend
i still thought she was a friend
i thought she must have been so busy
i thought i might just made things messy

but time has changed a friend

when i called, no answer
not until the time i broke the news
i heard her on my line

just to make things clearer
just to confirm more
that we used to be friends
but i think not anymore

we used to be friends
when she called herself a friend
my friend
used to be, then

Kamis, 26 Februari 2009

Manusia & Alam, sebaiknya bagaimana?

Sore ini membaca berita di situs berita lokal, ada satu berita yang memprihatinkan: terjadi lagi pembunuhan harimau sumatra - salah satu spesies hewan langka yang dilindungi - oleh warga setempat dengan alasan balas dendam. Pekan lalu rupanya sudah ada 3 harimau yang dibunuh warga dan 1 beruang. Mereka dibunuh karena menyerang manusia yang sedang membersihkan lokasi ladang baru.

Balas dendam? Manusiawi sekali, penuh nafsu dan diikuti pula alasan untuk tetap aman. Tapi apa bisa dibenarkan? Mereka hewan langka, yang sudah jelas-jelas dilindungi negara karena jumlahnya yang semakin sedikit. Hewan, mereka nggak bisa berpikir. Kalau mereka menyerang manusia tentunya ada sebabnya. Mungkin mereka merasa terganggu wilayah berburunya semakin sempit karena pola perladangan berpindah dan semakin banyaknya populasi manusia. Mereka juga butuh ruang untuk bertahan hidup. Mungkin mereka juga takut dengan manusia, dan satu-satunya cara mereka untuk mempertahankan diri dan wilayahnya adalah menyerang. Apa salah?

Di satu sisi dunia kita sibuk membantai binatang langka yang dilindungi yang masih beruntung sempat hidup di alam mereka. Di sisi dunia lain kita merayakan kelahiran hewan-hewan langka tersebut dalam kebun binatang. Apakah nanti kita hanya bisa meihat hewan-hewan tersebut di kebun binatang? Hewan hewan tangkaran yang kehilangan kebebasannya dan jiwa alaminya?

Satu pendapat adalah kita biarkan hewan dan tumbuhan ada di alamnya dan biarkan mereka hidup atau punah seperti yang seharusnya terjadi sesuai hukum alam, yang kuatlah yang bertahan hidup. Atau haruskah kita menangkarkan mereka, membiakkan mereka meskipun pada akhirnya mereka tidak mampu lagi bertahan hidup di alam bebas tanpa campur tangan kita?

Minggu, 15 Februari 2009

Wanita oh wanita…

“Denniiii…lama gak ketemu yaa!! Kok lo gendutan sih?” Inilah salah satu kalimat yang aku terima saat bertemu seorang teman kantor lama di sebuah angkot saat mau pulang. Capai dan lesu, reaksiku cuma senyum saja sambil mengiyakan.

Sepertinya sebagian besar perempuan punya masalah dengan rasa percaya diri mereka, terutama bila sudah bersinggungan dengan masalah berat badan. Di arisan, di kantor, di toilet, di angkot, bahkan sambil makan sekalipun, seringkali yang dibicarakan adalah masalah kurus-gemuk, naik turun berat badan. Aku heran, tidakkah mereka bisa merasa nyaman dan puas dengan kondisi badan mereka itu?

Anehnya, seringkali yang merasa kurang kurus adalah mereka yang sudah sekurus model. Ada juga yang ngomoooong melulu soal diet ini itu tapi nggak pernah olahraga. Kalau disarankan olahraga pasti bilang ”Aku push-up kok”. Halo? Push up berapa kali sehari dan kapan saja? Berapa kalori yang terbakar? Ujung-ujungnya malah kena tipes atau maagh akut gara-gara makan nggak bener atau diet asal. Kurus memang akhirnya, tapi karena sakit.

Gemuk kurus selalu jadi topik menarik setiap para wanita ngumpul. Sebagian besar pasti mengeluh kelebihan berat badan, jarang yang puas dengan beratnya saat itu, dan sedikit yang merasa terlalu kurus.

Sebenarnya apa yang mendasari mereka untuk sangat concern pada masalah itu? Kesehatan? Kecantikan? Kalau hanya itu sepertinya kaum kami perlu sering diingatkan. Langsing itu bagus asal sehat. Gemuk juga begitu. Kuncinya adalah pola hidup seimbang, begitu kata para ahli. Ngomong memang gampang, tapi prakteknya...

Kecantikan itu relatif, dan bukan berarti kurus itu cantik. Seperti baju, tidak semua model baju cocok dipakai setiap orang. Kurus juga tidak selamanya cantik untuk setiap orang. Agak kurusan bukan berarti kurus. Lihat sekitar kita, banyak wanita cantik yang berbadan cukup subur dan mereka tetap tampil menarik dan sehat berkat olah raga teratur. Banyak juga yang ekstra kurus dan bolak balik masuk rumah sakit karena masalah pencernaan, terlihat cekung dan layu serta tidak cukup bertenaga untuk olah raga. Pilih yang mana?

Jadi, sekali lagi jika hanya ingin sehat dan cantik, hidup seimbang. Cukup makan, minum, istirahat, dan olah raga. Cukup, tidak kurang tidak lebih. Selain itu, tolong deh buat para wanita, jaga mulut. Hormati setiap orang dengan tidak menyatakan kurus gemuknya mereka secara langsung. Tidak semua orang merasa nyaman dengan hal itu, terutama bila dibilang gemuk. Berkaca dulu sebelum bicara, tidak semua hal perlu keluar dari mulut. Apa terlalu sulit?